Gerbang pertama yang letaknya sederet dengan menara, kesanya memang sempit untuk ukuran pintu masuk sarana umum. Ada tiga pintu untuk sampai di masjid, masing-masing pintu hanya dipisahkan sebuah lorong yang nggak tau apa manfaatnya, paling hanya beberapa pot bunga, dengan beberapa tulisan cina yang nggak mudeng artinya karena nggak sempat nanyakan. Yang berdiri dipintu itu adalah seorang First Lady di jl. Ir. Soetami 10 Blitar., oran iso ditinggal mingket.
Inilah tampak bagian bawah menara, menara ini spertinya merupakan bagian dari masjid, tapi diterangkan katanya sebagai mercusuar. Persisnya menara ini terletak di sebelah kiri mighrab (pengimaman) kira-kira 25 meter melewati papan pengumuman berbungks laca cukup rapi dengan khas hiasan China, di dalamnya terpampang poto presiden BJ. Habibie saat berkunjung ke masjid ini. Di bagian depan menara yang mengarah ke jalan raya terdapat tulisan cina yang artinya "BEKAS TEMPAT PERIBADATAN UMAT MUSLIM" ha...? bekas tempat ibadah? ya memang begitulah tulisanya, dugaan saya mungkin pernah terjadi suatu massa dimana tidak ada umat muslim di Guandzhou? padahal tempat ini sekarang salah satu tempat sholat jum'at terpopuler di kota Guangzou dan masih aktif digunakan untuk sholat lima waktu, setiap hari jum'at jalanan di depanya macet oleh banyaknya jamaah yang mau melaksanakan sholat jum'at. Ada sekitar satu juta umat muslim di kota Guangzhou dari jumlah penduduk 12 juta yang ada di kota tsb.
TULISAN DI KAKI MENARA Tulisan ini terletak di kaki menara yang mengarah ke masjid, bunyi dan artinya masih tak tanya-tanyakan satu versi mengatakan ini adalah salah satu sholawat burdah yang memuji-muji Nabi Muhammad, kepada teman-teaman yang mengerti tolong do..ong di terjemahkan, sambil saya juga cari referensi
Inilah menara tampak tengah sampai ujung atas dengan ketinggian kurang lebih 20m, jaraknya memang lebih dekat (mepet) dengan jalan raya tepatnya jalan kampung lah... karena lebar lebar jalan +-10m cukup semrawut untuk untuk lalu-lintas satu arah. dari masjid +-25m, dan satu lokasi dg masjid, logika saya ini merupakan menara masjid seperti masjid-masjid di Indonesia yang lain, tapi yaa biarlah dikatakan mercusuar yo nggak popo. Menara tampak kurang terawat di bagian bawah terlihat berserakan bekas kayu-kayu kuno bekas bongkaran masjid dan bagian-bagian lain. Ini adalah pintu masuk lapis kedua, dengan lebar kurang-lebih satu meter dan ketinggian 2.5meter. Tulisan yang saya tunjuk merupakan tulisan kaisar, mungkin saat meresmikan Masjid. Tulisan ini artinya "TELAH DATANG AJARAN BAIK YANG DATANG DARI BARAT" saat saya mendengar penjelasan tersentak saya, tahun segitu ternyata China sudah mempunyai kaisar yang LUHUR BEBUDINE, dengan menyebut ajaran baik yang datang dari barat, berarti saat itu keluhuran budi Kaisar sudah siap menyambut datangnya GLOBALISASI. Bayangkan dengan saat ini, kondisi krisis dengan kalimat-kalimat yang menunjukan keluhuran budi dalam mensikapi reribeting ndonyo. Rasanya sangat pantas Kanjeng Nabi Muhammad menjadikan Cina sebagai Ikon ilmu pengetahuan pada waktu itu.
Tampak plataran (teras) Masjid dibelakang saya. Teras ini sepertinya bukan untuk menampung limpahan jama'ah bila membludak, karena berada disamping masjid bukannya lurus dibelang Imam. Tidak terlalu besar memang, tapi nilai sejarah yang luar biasa merupakan aset wisata kota Guangzou yang sangat potensial, disampaing vihara-vihara kuno yang dibangun lebih terdahulu sebelum datangnya Islam. Pintu lengkung itu merupakan pintu masuk dari teras masjid ke dalam masjid. Pintu masuk ini satu-satunya dan terletak di samping kiri, yang mana bila akan melakukan sholat kita menoleh ke kiri kita temukan mighrab. Agak beda dg kebanyakan masjid, untuk sholat biasanya langsung lurus sudah menghadap kiblat. Satu lagi pelajaran yang cukup bagus, yaitu tempat wudlu dan toilet berjarak 30an meter dari pintu ini, akibatnya jelas tidak perlu "jembreg/becek" banyak keset didepan pintu masjid LUSHAN HOTEL di pusat kota Shenzhen, merupakan kota yang pertama kali dibuka oleh negeri tirai bambu oleh Deng Xiao Ping. Kota ini 80% penduduknya adalah kaum muda produktip dengan cultur yang lebih mendekati Hongkong daripada Tiongkok itu sendiri. Kota ini berbatasan langsung dengan Hongkong dan masih harus melalui pemeriksaan imigrasi yang cukup ketat meski dalam satu wilayah negara
LIDO HOTEL Guangzou, hanya sekali menyebrang ke samping kanan kita sampai di Beijing Lu (Jl. Beijing) pusat pertokoan dan pebelanjaan yang yang hanyak dipakai untuk jalan kaki dan sepeda pancal meski jalanya cukup lebar +-15m. Dimalam hari persis seperti "kya-kya" Kembang Jepun Surabaya, udara dingin disertai bau cumi-cumi bakar yang cukup menyengat dan juga terlihat satu, dua penduduk lokal "nyokoti" cumi bakar. Meski pusat pertokoan dan jajanan tp saya tdk bawa uang lokal sama sekali, kredit card nggak laku, lingak-linguk Alhamdulilla...ah kami lihat ATM berlogo visa dan cyrus, e..ala...ah setelah kami coba muncul tulisan Cino, mati aku....untung kartu nggak tertelan. Yaa wi..is poso, makanya tampak seperti poto di bawah ini "lesu" kedinginan dan kelaparan. Suasana Beijing Lu di malam hari. Cukup padat suasananya, kebanyakan penduduk lokal dan ada beberapa Bule yang menggandeng perempuan lokal. Di jalan ini pada tahun 2002 saat pemerintah Tiongkok melakuakan penggalian untuk saluran air kotor, ditemukan pintu utama dari kerajaan dynasti Ming dan Qing, saat ini pintu tersebut berada pada kedalaman +-2m di bawah dari permukaan jalan (Beijing Lu, cukup ramai turis asing melihat dan mengagumi sisa-sia kebudayaan Cina yang berumur ratusan tahun.
DI BELAKANG SAYA tampak seperti kaca/air itulah letak dari pintu kuno tsb, dengan kedalaman +-2m terlihat bebatuan berwarna putih (spt batu kapur)yang ditata, hanya itu yang kami lihat bebatuan putih dengan ukuran +-: 1x25x10cm yang di tata miring cukup rapi memanjang, nggak tau mana yang dikatakan sebagai pintu kerajaan, sepertinya kok lebih layak sebagai jalan batu aja.
Ini mirip prasasti. Isinya menerangkan tentang penemuan situs kuno tersebut. Letaknya bersebrangan dengan tempat saya poto duduk diatas. Keterangan lebih jelas silahkan klik poto ini dan tentunya terjemahkan sendiri.
Huaisheng Si Guang Ta. In the cosmopolitan era of the Tang Dynasty (618-907) a Muslim missionary named Abu Wangus, said to be an uncle of the prophet Mohammed, came to southern China. He converted many Chinese to Islam and built this mosque in Guangzhou as their house of worship. Ever since he died here, his tomb in the northern part of the city has been a place of pilgrimage for visiting Muslims. The mosque, however, is his best-known memorial. The first mosque in China, it originally stood on the banks of the river and for 1,300 years provided a beacon for merchant ships from Southeast Asia, India, the Middle East, and Europe. Following progressive land reclamations, it is now almost downtown and surrounded by modern skyscrapers, yet it manages to retain an old-world dignity and an atmosphere of peaceful devotion.
A high wall encloses the mosque, which is dominated by the smooth, white minaret. Rising to 108 feet, it can be climbed using an interior spiral staircase, and the views from the top -- where a muezzin calls the faithful to prayer -- are still spectacular. Below is a gate-tower that was rebuilt in Tang style during the late 17th century, and the main prayer hall, which was refurbished in Ming Dynasty style in 1936. Around the mosque are courtyards and gardens where local Muslims and visitors can rest and meditate.
Saya dapatkan poto yang sedikit agak jelas batu putih tertata rapi
HALAMAN LAIN YG PERLU DIKUNJUNGI :